Selasa, 17 Januari 2012

Futsal

 
 
Futsal merupakan permainan bola yang terdiri dari dua tim dengan masing-masing anggota tim terdiri dari 5 pemain utama dan maksimal 7 orang pemain cadangan. Futsal sendiri telah diciptakan sejak tahun 1930 oleh JUAN CARLOS CERIANI di Uruguay. Hingga saat ini olahraga futsal berkembang sangat pesat bahkan telah menjadi bagian dari FIFA (Fédération Internationale de Football Association) sejak tahun 1989.

Pusat futsal dunia berada di Brasil. Ini terjadi bukan dengan tiba-tiba tetapi karena beberapa kali Brasil menjadi juara dalam pertandingan futsal Internasional. Selain itu beberapa pemain bola terkenal yang berasal dari Brasil juga mengembangkan tehnik bermain bolanya dari lapangan futsal.

Pada tahun 1965 diadakan pertandingan futsal tingkat Amerika Selatan yang pertama kalinya dan Paraguay menjadi juara saat itu, namun pada  enam pertandingan berikutnya, Brasil berhasil menjuarai pertandingan futsal tingkat Amerika Selatan tersebut.

Sedangkan pertandingan futsal tingkat internasional pertama kali diadakan pada tahun 1985 dan diselenggarakan di California. Sebelumnya pada tahun 1982 telah diadakan kejuaraan dunia footsal di Brasil dengan bantuan FIFUSA dan Brasil berhasil menjadi juara. Brasil juga berhasil menjadi juara kembali pada kejuaran dunia futsal ke dua yang diselenggarakan di Spanyol pada tahun 1985. Sedangkan pada kejuaraan dunia futsal ketiga yang diadakan di Australia pada tahun 1988 dimenangkana oleh Paraguay. Setelah kejuaraan dunia futsal yang ketiga ini, futsal akhirnya masuk menjadi bagian FIFA sehingga semua pertandingan yang diadakan berada di bawah pengawasan FIFA.

Nani .


  
Tahukah anda sejarah mengenai olahraga paling terkenal di dunia, yakni siapa penemu sepakbola mulai terkuak. Sebuah suratkabar Vatikan, L´Osservatore Romano, menemukan bukti terbaru bahwa salah satu suku di Paraguay, Guarani, memainkan sepak bola jauh sebelum Inggris mengklaim bahwa mereka menciptakan sepak bola.

Artikel yang tertulis pada edisi Senin 28 Juni 2010 ini menyatakan bahwa sepak bola justru kali pertama ditemukan oleh suku Guarani di Paraguay pada 1793, 70 tahun sebelum klaim Inggris. Artikel tersebut menggunakan sumber seorang pendeta bernama Juan Manuel Peramas, yang menulis di buku harian ketika ditugaskan di Paraguay pada 1793. Peramas menulis, “(Para Guarani) biasanya bermain dengan bola itu, meski dibuat dari karet keras, tapi cukup ringan dan cepat jika ditendang, bola memantul dengan cepat sebelum dihentikan.”

“Mereka tidak melempar bola dengan tangan, seperti yang kita lakukan, tapi menggunakan kaki dalamnya, mengumpan dan mengontrol dengan ketangkasan dan ketepatan.” Dengan adanya bukti terseut si penulis artikel, Gianpaolo Romanato, menjadikan tulisan Peramas sebagai bukti bahwa Inggris bukanlah penemu sepak bola. Nah lo…..

Penemu sepak bola

Tahukah anda sejarah mengenai olahraga paling terkenal di dunia, yakni siapa penemu sepakbola mulai terkuak. Sebuah suratkabar Vatikan, L´Osservatore Romano, menemukan bukti terbaru bahwa salah satu suku di Paraguay, Guarani, memainkan sepak bola jauh sebelum Inggris mengklaim bahwa mereka menciptakan sepak bola.

Artikel yang tertulis pada edisi Senin 28 Juni 2010 ini menyatakan bahwa sepak bola justru kali pertama ditemukan oleh suku Guarani di Paraguay pada 1793, 70 tahun sebelum klaim Inggris. Artikel tersebut menggunakan sumber seorang pendeta bernama Juan Manuel Peramas, yang menulis di buku harian ketika ditugaskan di Paraguay pada 1793. Peramas menulis, “(Para Guarani) biasanya bermain dengan bola itu, meski dibuat dari karet keras, tapi cukup ringan dan cepat jika ditendang, bola memantul dengan cepat sebelum dihentikan.”

“Mereka tidak melempar bola dengan tangan, seperti yang kita lakukan, tapi menggunakan kaki dalamnya, mengumpan dan mengontrol dengan ketangkasan dan ketepatan.” Dengan adanya bukti terseut si penulis artikel, Gianpaolo Romanato, menjadikan tulisan Peramas sebagai bukti bahwa Inggris bukanlah penemu sepak bola. Nah lo…..

Stadion santiago bernabeu

Perjalanan di negeri andalusia kami akhiri di kota Madrid. Setelah berpetualang selama 4 hari menjelajahi kota Barcelona, Granada, dan Cordoba, akhirnya  kami sampai di ibu kota spanyol ini. Madrid merupakan salah satu kota terpadat di spanyol dengan jumlah penduduk saat ini mencapai 5  juta jiwa. Jumlah ini adalah yang terbesar keempat di eropa setelah London, Paris, dan Berlin.
Perjalanan dari Cordoba menuju Madrid memakan waktu sekitar 6 jam by Bus. Kami sampai di stasiun madrid sekitar jam 5 pagi dan beristirahat sejenak di sana untuk sholat subuh, bersih2, dan sarapan. Tepat pukul 7 kami berangkat menuju Madrid intl. airport. Di sana kami menitipkan tas dan barang bawaan lainnya, supaya nggak repot saat jalan-jalan.
Satu tempat yang menjadi tujuan kunjungan di kota ini adalah Santiago Bernabeu Stadium yang merupakan markas Real Madrid FC. Yup, meskipun kami bukan Madridista (sebutan untuk pendukung real madrid), tapi kami sengaja meluangkan waktu untuk mengunjungi stadion ini sebagai obat penawar luka, karena pada saat di Barcelona kami tidak sempat mengunjungi stadion Camp Nou milik Barcelona FC. Jarak stadion ini dari bandara Madrid sekitar 14 km dan bisa ditempuh dengan kereta (trem) dalam waktu kurang dari 15 menit.

Robin van persie


AFP
Penyerang Arsenal,Robin van Persie, merayakan golnya ke gawang Swansea City, pada laga Premier League, di Liberty Stadium, Minggu (15/1/2012).
SWANSEA, KOMPAS.com - Arsenal bermain imbang 1-1 dengan Swansea City, sampai akhir babak pertama pertandingan Premier League, di Liberty Stadium, Minggu (15/1/2012).

Arsenal unggul lebih dulu melalui Robin van Persie pada menit kelima. Setelah menguasai umpan Andrei Arshavin di kotak penalti, Van Persie mengontrol bola, sebelum menembakkan bola masuk sudut kiri bawah gawang Michael Vorm.

Pada menit ke-15, tuan rumah mendapat hadiah penalti, menyusul pelanggaran yang dilakukan Aaron Ramsey kepada Nathan Dyer. Scott Sinclair yang dipercaya melakukan eksekusi, mengirim bola ke sudut kiri bawah, yang nyaris ditepis Wojciech Szczesny.

Permainan menjadi lebih terbuka dan cepat setelah gol Swansea. Hal itu diimbangi dengan sikap disiplin barisan belakang sehingga alur serangan kedua kubu nyaris tak pernah tuntas, sampai tembakan Robin van Persie dimentahkan Vorm dalam duel satu lawan satu pada menit ke-30.

Swansea membalas itu dengan sundulan Steven Caulker pada menit ke-32. Szczesny sudah keluar dari posisinya, tetapi Per Mertesacker berhasil membuang bola.

Setelahnya, Swansea tampak berusaha menurunkan tempo permainan. Usaha mereka cukup efektif meredam lawan. Pada menit ke-40, mereka bahkan mencuri kesempatan melancarkan serangan yang berujung tembakan akurat dari Dyer. Namun, Szczesny berhasil menjinakkannya.

Menjelang turun minum, Arsenal membalas dengan sundulan dari Theo Walcott, yang melesat tepat ke arah Vorm.

Susunan pemain
Swansea:
Michael Vorm; Ashley Williams, Steven Caulker, Neil Taylor, Angel Rengel; Leon Britton, Kemy Agustien, Scott Sinclair, Nathan Dyer; Danny Graham, Joe Allen

Arsenal: Wojciech Szczesny; Laurent Koscielny, Per Mertesacker, Ignasi Miguel, Johan Djourou; Yossi Benayoun, Alex Song, Andrei Arshavin, Theo Walcott; Robin van Persie, Aaron Ramsey

Hari Jadi Kota Pontianak


DALAM kamus ilmiah populer, retrospeksi adalah keinginan meninjau atau menghayati kembali ke belakang. Atau retrospeksi bisa juga dikatakan sebagai cara pandang terhadap apa-apa yang sudah dilakukan, yang mana termasuk di dalamnya mengevaluasi keberhasilan sekaligus kegagalan di masa lampau, serta berharap dapat membangun rencana langkah-langkah prospektif, terobosan-terobosan di masa depan.
Mengapa membincangkan retrospeksi Hari Jadi kota Pontianak, dalam aras ini, menjadi sangat penting? Tentu saja usaha retrospeksi bermanfaat bagi kita dalam mengambil pelajaran dari peristiwa yang sudah-sudah. Mengutip Elisabeth Kubler Ross, “Tidak ada kesalahan, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Seluruh peristiwa adalah anugerah yang diberikan kepada kita untuk kita pelajari.”
Usia Kota Pontianak bisa dibilang tua, bahkan lebih tua dari usia kemerdekaan negara ini. Tepat pada tanggal 23 Oktober 2011, genap warga Kota Pontianak memperingati Hari Jadi Kota Pontianak yang ke-240. Namun demikian, perkembangan Kota Pontianak hemat saya masih begini-begini saja.
Saya yang lahir dan dibesarkan di Kota ini bisa merasakan bahwa Pontianak dulu dan sekarang, tidak banyak mengalami perubahan. Tentu saja pengertian “perubahan” yang dimaksud bukan sebatas prestasi-prestasi pembangunan, karena “perubahan” tentunya pengertiannya harus lebih luas daripada itu.
Sebutan Pontianak Kota BERSINAR (Bersih, Sehat, Indah, Nyaman, Aman, dan Ramah), sampai hari ini pun pendapat saya masih sekadar slogan. Pontianak masih belum BERSINAR. Masyarakat kota ini masih belum merasa memiliki slogan tersebut. Sampah di mana-mana dan parit-parit banyak yang tersumbat karena sampah. Pendek kata, kepedulian masyarakat kota ini terhadap kebersihan masih amat kurang. Menjadi kota indah dan nyaman hemat saya masih jauh dari harapan.
Dari aspek ketertiban, masyarakat kota ini pun jauh dari kata “tertib”. Lalu lintas merupakan tempat yang tidak aman bagi pengendara, karena warga kota ini banyak yang “buta warna”. Lampu merah dipandang hijau, tak peduli disindir dengan bunyi-bunyi klakson dari motor-motor lain, tetap tancap gas, tabrak lampu merah!.
Dalam aspek pendidikan, kita harus terus berbenah. Masih banyak sekolah di kota ini yang minim perhatian, terutama kelengkapan sarana dan prasarana belajar mengajar. Sebutan pontianak sebagai kota layak anak juga harusnya dijadikan motivasi kota ini untuk terus menerus berbenah diri.

Sea games 2011

Foto: Kemenpora
Foto: Kemenpora
PALEMBANG - Puluhan anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia (OARI) Sumsel  berdemo di halaman kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infromasi (Dishubkominfo) Sumsel, Rabu (11/1/2012). Para pendemo menuntut agar honor mereka saat bertugas pada  SEA Games sebesar Rp200 ribu per hari untuk tiap orang segera dibayarkan.

Koordinator aksi, Arbain Semendawai mengatakan, sebanyak 83 anggota OARI Sumsel  ketika SEA Games November 2011 lalu ditugaskan membawa perangkat komunikasi masing-masing sebagai sarana dukungan komunikasi menempati posko yang telah ditentukan oleh seperti di venue-venue di bawah koordinasi Dishubkominfo Sumsel.

”Surat Dishubkominfo Sumsel nomor 800/327-1/Dishubkominfo tertanggal 10 Oktober yang dikirimkan ke OARI Sumsel berisi tentang permintaan operator dalam rangka mensukseskan SEA Games. Dalam surat tersebut dijanjikan pembayaran perhari Rp150 ribu perhari perorang selama SEA Games berlangsung yakni 12 hari,” ujarnya.

Namun kenyataannya sambung Arbai, hingga 2 bulan SEA Games usai pihaknya belum menerima sepeserpun honor tersebut.”Kami kesini ingin menunut hak kami karena kewajiban sudah kami laksanakan. Kami tidak akan meninggalkan Dishubkominfo Sumsel sebelum menerima kepastian tanggal pencairan honor yang diterima,” bebernya.

Menanggapi tuntutan para pendemo, Kabid Pos dan Telekomunikasi, Syarifudin mengatakan, masalah honor para OARI sudah 2 minggu lalu diserahkan kepada biro keuangan Pemprov Sumsel. Sehingga saat ini masih diproses Surat Perintah Membayar (SPM).

“Jika SPM nya hari ini sudah diproses maka Jumat atau paling lambat Senin honor tersebut bisa langsung dibayarkan,” ucapnya.

Keterlambatan pembayaran honor tersebut lanjut Syarifudin, dikarenakan ketika deputi II Inasoc daerah menyerahkan surat ke biro keuangan Pemprov bukan berisikan permintaan pembayaran honor OARI yang bertugas saat SEA Games namun hanya surat yang berisikan daftar nama anggota OARI.

“Setelah Deputi 1 menyerahkan surat permintaan membayar honor OARI pada 27 Desember lalu , ternyata Biro Keuangan juga meminta Inasoc daerah untuk ikut menyertakan SK dari deputi I dan III. Sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk memproses pencairan honor tersebut,” jelas Syarifudin.

Atas nama Dishubkominfo Sumsel sambung Syarifudin, dirinya meminta maaf atas keterlambatan pembayaran honor para OARI. ”Sekali lagi ini memang kelalaian kami karena tidak mengkomunikasi tentang persoalan keterlambatan pembayaran ini. Tapi kami akan segera memberitahu jika honor tersebut dicairkan,” tukasnya. (acf)