DALAM kamus ilmiah populer, retrospeksi adalah keinginan meninjau
atau menghayati kembali ke belakang. Atau retrospeksi bisa juga
dikatakan sebagai cara pandang terhadap apa-apa yang sudah dilakukan,
yang mana termasuk di dalamnya mengevaluasi keberhasilan sekaligus
kegagalan di masa lampau, serta berharap dapat membangun rencana
langkah-langkah prospektif, terobosan-terobosan di masa depan.
Mengapa membincangkan retrospeksi Hari Jadi kota Pontianak, dalam
aras ini, menjadi sangat penting? Tentu saja usaha retrospeksi
bermanfaat bagi kita dalam mengambil pelajaran dari peristiwa yang
sudah-sudah. Mengutip Elisabeth Kubler Ross, “Tidak ada kesalahan,
tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Seluruh peristiwa
adalah anugerah yang diberikan kepada kita untuk kita pelajari.”
Usia Kota Pontianak bisa dibilang tua, bahkan lebih tua dari usia
kemerdekaan negara ini. Tepat pada tanggal 23 Oktober 2011, genap warga
Kota Pontianak memperingati Hari Jadi Kota Pontianak yang ke-240. Namun
demikian, perkembangan Kota Pontianak hemat saya masih begini-begini
saja.
Saya yang lahir dan dibesarkan di Kota ini bisa merasakan bahwa
Pontianak dulu dan sekarang, tidak banyak mengalami perubahan. Tentu
saja pengertian “perubahan” yang dimaksud bukan sebatas
prestasi-prestasi pembangunan, karena “perubahan” tentunya pengertiannya
harus lebih luas daripada itu.
Sebutan Pontianak Kota BERSINAR (Bersih, Sehat, Indah, Nyaman, Aman,
dan Ramah), sampai hari ini pun pendapat saya masih sekadar slogan.
Pontianak masih belum BERSINAR. Masyarakat kota ini masih belum merasa
memiliki slogan tersebut. Sampah di mana-mana dan parit-parit banyak
yang tersumbat karena sampah. Pendek kata, kepedulian masyarakat kota
ini terhadap kebersihan masih amat kurang. Menjadi kota indah dan nyaman
hemat saya masih jauh dari harapan.
Dari aspek ketertiban, masyarakat kota ini pun jauh dari kata
“tertib”. Lalu lintas merupakan tempat yang tidak aman bagi pengendara,
karena warga kota ini banyak yang “buta warna”. Lampu merah dipandang
hijau, tak peduli disindir dengan bunyi-bunyi klakson dari motor-motor
lain, tetap tancap gas, tabrak lampu merah!.
Dalam aspek pendidikan, kita harus terus berbenah. Masih banyak
sekolah di kota ini yang minim perhatian, terutama kelengkapan sarana
dan prasarana belajar mengajar. Sebutan pontianak sebagai kota layak
anak juga harusnya dijadikan motivasi kota ini untuk terus menerus
berbenah diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar